Penulis : Andi Salim
GEMADIKA — Banyak yang mengikuti perkembangan suatu organisasi, tak sedikit pula yang ikut menjadi pengurus dalam susunan struktur suatu organisasi. Namun kapan sebuah organisasi merasakan titik jenuh dari kinerjanya yang landai dan tidak lagi optimal. Apalagi sampai mengalami penurunan perolehan hasil dari kurun waktu tertentu, sehingga melihat jelas bahwa terdapat persoalan didalamnya yang semakin sulit mengalami kemajuan. bahkan untuk bertahan dan mempertahankan eksistensi organisasi itu sendiri. Walau indikator ini terasa, namun para pengurus dan jajarannya acap kali kurang responsif pada persoalan ini. Hal ini disebabkan dari para pengurus organisasi tersebut yang sering asyik meng-utak-atik kegemaran atas fokusnya yang sederhana sebagai rutinitas kegiatan sehari-hari sebagai agenda kerja mereka, hingga aktifitasnya terkesan monoton dan tidak lagi menimbulkan semangat kekompakkan yang berdampak pada situasi internal dan eksternal organisasinya.
Tak jarang kegiatan formal pertemuan dan rapat-rapat justru mendatangkan rasa jenuh dan malas dari para anggota mereka untuk datang menghadiri undangan rapat atau pertemuan rutin yang disepakati sebelumnya, oleh karena topik yang dibicarakan hanya itu-itu saja dan pembicaranya pun sebatas orang yang sama pula. Jika sudah demikian menjadi mudah untuk diprediksi jika para petinggi organisasi itu akan melakukan semacam suplemen ekstra berupa janji-janji agar mempengaruhi tingkat kehadiran rapat / pertemuan tersebut tetap tinggi agar penyampaian program-program kerjanya dapat tersampaikan secara efektif. Hal semacam ini sering terjadi, dibalik trend pencapaian organisasinya yang landai, bahkan dikalangan organisasi partai politik sekalipun. Titik jenuh atas gairah berorganisasi memang layak terjadi dalam kurun waktu tertentu. Hal semacam ini bukanlah gejala aneh namun jika dibiarkan bisa saja membahayakan eksistensi organisasi ke depan bila tidak segera diperbaiki.
Pada konteks berumah tangga pun hal semacam ini biasa terjadi. Bahkan tak jarang kejenuhan atas hubungan suami istri dapat berdampak pada keretakan hubungan rumah tangga hingga pada akhirnya mengalami divorce. Sebab bagaimana pun terbangunnya sebuah rumah tangga didasari atas gairah bersama dalam membangun serta mempertahankannya. Walau dibalik itu terdapat banyak instrumen serta pernak pernik yang harus diketahui bersama sekalipun bentuk komitmennya tidak dalam bentuk syarat-syarat yang tertulis. Namun, sebenarnya ada banyak hal yang dapat memperbaiki persoalan ini, dari mulai melakukan penataan ulang design bangunan rumah atau skala sederhana terhadap interior atau pun eksterior yang diperlukan, termasuk merencanakan rekreasi ke kawasan-kawasan wisata tertentu, atau mendatangi handai taulan serta kerabat guna merefresh ketegangan hubungan internal diantara keduanya.
Hal yang sama pun tentu dialami oleh sebuah organisasi yang memiliki badan hukum sebagai bangunannya, serta para pengurus sebagai pihak pengelolanya, termasuk para anggota diberbagai daerah sebagai mitra yang berkepentingan atas tumbuh kembangnya suatu organisasi. Sebab desain organisasi adalah pola yang mengatur tentang hubungan antara berbagai komponen yang menjadi bagian dari organisasi, oleh karenanya desain organisasi merupakan wadah bagi proses berkembangnya hubungan dan penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Bagaimana pun organisasi dicitrakan sebagai bangunan yang di design secara apik untuk terus dirawat dan dimodifikasi sesuai dengan trend yang berkembang pada jamannya. Jika tidak, publik akan menilai bahwa organisasi tersebut telah kehilangan ruh daya tarik dan daya saingnya sebagai wadah yang memiliki akselerasi untuk mempengaruhi iklim disekitarnya.
Lambatnya persoalan ini dituntaskan menjadi ancaman tersendiri bagi sebuah organisasi. Sebab kejenuhan para pengurus dan anggotanya akan berdampak pada resistensi internal hingga tumpulnya implementasi program-program kerja yang dicanangkan. Gagalnya pencapaian target sering diakibatkan menjauhnya tingkat kepercayaan anggota, konstituen dan masyarakat terhadap pemimpin organisasi tersebut, baik ditingkat pusat atau pun daerah. Oleh karenanya, perlu dirumuskan langkah-langkah reorganisasi sekaligus menetapkan reorientasi terhadap ide dan gagasan baru sebagai new concept dan strategy dalam menanggulangi landainya perolehan hasil yang merupakan realita report dari suatu pergerakan partai politik. Fakta inilah yang harus menjadi landasan kebijakan pemimpin organisasi dalam menetapkan reward and punishment hingga setiap personil benar-benar memiliki gairah dalam mencapai target yang optimal.
Penetapan target pun harus didasari pada komponen kemampuan untuk mencapainya. Sebab setiap penetapan target khususnya pada sasaran yang lebih tinggi, tentu membutuhkan upaya ekstra yang tidak dengan cara yang biasa-biasa pula. Penetapan target pun tidak boleh didasari pada syahwat politik seorang pemimpin semata tanpa memperhitungkan biaya-biaya ekstra yang akan dibebani atas laju pergerakannya, serta inovasi-inovasi yang mengiringi upaya maksimal dalam mencapai sasarannya. Sebab jika tidak, target hanya akan membebani para pengurus dan anggotanya yang berakibat pada sikap pesimistis untuk menggapainya. Sebab penetapan sebuah target adalah refleksi seni peran untuk mengolah kolaborasi yang saling memompa semangat antara pemimpin dengan jajaran dibawanya. Sebab berbagai masukan, saran, nasehat atau pun kritik hanyalah suplemen tambahan dari dan bagaimana melihat respon atas apa yang akan dikerjakan.
Para eksekutif dan jajaran pengurus semestinya melihat berbagai permasalahan dari sudut pandang yang lebih luas hingga tidak sekedar melihat persoalan yang dialami organisasinya semata-mata pada sisi internalnya saja. Berbagai pemikiran apakah perlu mempertimbangkan design ulang dari keadaan organisasinya saat ini, atau melakukan penyegaran lain pada bidang-bidang yang dirasakan kurang menampakkan peran yang cukup tentu menjadi evaluasi menyeluruh sifatnya. Ada banyak jenis-Jenis perubahan yang bisa dilakukan secara menyeluruh atau hanya mengubahnya pada beberapa bagian saja. Namun, dalam hal ini seorang eksekutif organisasi harus bisa memahami kebutuhan organisasinya sebelum melakukan perubahan. Sebab persaingan parpol pada masa ini semakin menuntut kecepatan dan ketepatan guna beradaptasi pada perkembangan jaman. Mereka yang tidak mampu berakselerasi pada penyesuaian dan kebutuhan masyarakat tentu akan terlindas oleh situasi ini.
Perkembangan teknologi di era digitalisasi saat ini tentu menjadi hal yang tak bisa dihindari. Sebab adaptasi terhadap teknologi nyatanya sangat mendukung kinerja organisasi secara efektif dan efisien untuk dilakukan. Fakta ini terlihat dari banyaknya mall dan supermarket besar yang gulung tikar hingga tak lagi mampu mempertahankan eksistensi mereka. Demikian pula eksistensi sebuah organisasi partai politik. Jika masih mengandalkan janji-janji kampanye dan setelahnya hanya melakukan “Hit And Run” sebagaimana yang biasa terjadi, maka jangan harap partainya akan diminati dikemudian hari, sekiranya tidak segera berbenah diri. Kisah korban kerusuhan kanjuruhan memberi pelajaran kepada kita semua, bahwa PSSI jangan hanya sibuk mengurusi tim official dan pemain saja, sementara mereka membiarkan para penonton yang tidak teredukasi secara terukur. Ini sama halnya partai politik hanya sibuk meningkatkan elektoral mereka semata, sementara edukasi demokrasi kepada rakyat justru diabaikan begitu saja.
Inilah rancangan New Concept and Strategy yang merupakan jawaban komprehensif untuk itu semua. Sehingga upaya politik sesungguhnya membutuhkan pendampingan manajemen yang terampil dan handal dalam pengelolaannya. Mengabaikan sisi manajemen yang menafikan concept dan strategy guna memperbaharui segalanya adalah pekerjaan dari mereka yang mampu menyusun sasaran baru, target baru serta gairah baru untuk menghadirkan dampak positif yang sesuai dengan suasana kekinian. Citra yang tegas, keras dan tajam yang sering dilampiaskan dalam bentuk-bentuk pernyataan atau pidato-pidato yang formal, bukan lagi sebagai perangkat yang dianggap lengkap bagi seorang pemimpin. Dimana faktor kelenturan dan bersifat persuasif serta adaptif terhadap perubahan pun menjadi alat kelengkapan yang tak kalah pentingnya. Fakta ini telah banyak dibuktikan oleh berbagai organisasi-organisasi dan perusahaan, bahwa suasana informal justru sering mendatangkan inovasi, kreatifitas dan capaian diatas pijakan formalitas dan eksklusifitas yang salama ini diterapkan.
Semoga tulisan ini bermanfaat.