LAWANLAH AROGANSI PEMIKIRAN DENGAN KEMAMPUAN LOGIKA YANG KUAT DAN CERDAS

Bagikan ke :

Hari ini publik menampakkan kemarahannya setelah Rocky Gerung mengeluarkan statemennya yang menyebutkan “Presiden jokowi Bajingan dan Tolol”. Kata itu langsung disikapi sebagai ungkapan yang berkonotasi negatif oleh sebagian orang yang awam akan permainan simbol-simbol bahasa. Alih-alih ingin menjebak Rocky untuk melaporkannya kepada pihak kepolisian, pelapornya justru disarankan untuk melakukan delik aduan sebagai batasan atas sarana hukum yang bisa ditempuh. Walau kecewa, tapi itulah pelajaran yang harus diketahui masyarakat luas bahwa logika hukum bukan semaunya dari apa yang dianggap oleh banyak orang melainkan sesuai dengan aturan dan mekanismenya sendiri.

Bahkan dalam kesempatan lain demi merespon para gugatan itu, Rocky Gerung mengaku sengaja menyebut Presiden Jokowi sebagai “bajingan” karena “menjual negara ke pengusaha China” demi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) ketika melakukan kunjungan kerja ke China beberapa waktu lalu. Termasuk pada bagian lain dikatakannya bahwa menghina martabat Presiden bukan pula menjadi suatu persoalan, oleh karena Presiden tidak sama dengan manusia yang memiliki human Dignity yang disebutnya sebagai martabat manusia, sedangkan Presiden hanya sebatas fungsi. Inilah bukti bahwa penguasaan diksi sebagaimana yang disampaikan Rocky nyaris diatas rata-rata dari politikus yang kenyang menggasak uang negara saat ini sehingga terkesan bungkam tak berkutik.

Publik boleh saja geram terhadap aksi pidatonya yang begitu lincah dalam memainkan peran untuk menyampaikan retorika dan kritik politik oleh karena kekayaan intelektual yang dimilikinya begitu melimpah dan sarat akan transenden ilmiah yang dikuasainya. Bahkan tak jarang pula dirinya berdiri diketinggian narasinya yang terjal hingga nyaris mendobrak sekat-sekat tradisi dan budaya, bahkan hukum sekalipun. Namun beliau bukanlah Ahok yang gampang mengumbar emosionalnya hingga pada akhirnya terjerat pada kasus hukum yang mendaulatnya sebagai terpidana. Rocky Gerung layaknya petinju legendaris bernama Rocky Marciano yang tak terkalahkan, sebagai penantang kemampuan logika cerdas publik dibalik statemennya yang pedas dan tajam.

Bak politikus matang, kehadiran Rocky sejak namanya mashur seantero jagad publik tanah air, dimana sepak terjangnya yang sering menyembelih siapa saja para pendebatnya tentu semakin memantapkan dirinya untuk tetap bertengger pada puncak klasemen politik jalanan. Bagi pejabat yang khawatir akan kuatnya cengkraman yang dimilikinya, tentu mengambil sikap untuk merangkul dirinya agar terhindar sebagai objek pemangsa yang satu ini. Namun tak sedikit pula yang rela dipecundangi olehnya pasca debat kusir yang tentu saja dengan mudah ditundukkannya. Akan tetapi publik pun bertanya-tanya, siapakah gerangan lawan yang seimbang bagi ketangkasan Rocky Gerung saat ini. Sebab sebagai manusia, sudah barang tentu beliau tidak hanya terdiri dari kelebihannya saja.

Satu hal yang sering penulis amati dari setiap lawan debat beliau adalah fokus lawan bicaranya yang bernafsu ingin mengalahkan dengan sekali pukul, namun pada kenyataannya justru argumentasi disampaikan oleh pendapatnya juatru masuk ke dalam ranah penguasaan dari fokus apa yang dilontarkannya. Selain mudah dipatahkan, hal tersebut sama artinya bahwa siapapun yang masuk kedalam perangkap yang disediakan olehnya begitu mudah dijangkau melalui daya imajinasinya yang tinggi, termasuk penguasaan hiperbolik yang menjadi senjata pamungkasnya. Maka tak jarang segala argumentasi yang disampaikan olehnya pada akhirnya hanya memudahkannya untuk berselancar diatas ombak yang tinggi sekaligus menampar orang-orang disekitar Jokowi yang sering bungkam pasca ikut didalam gerbong kekuasaan.

Kemarahan masyarakat saat ini mengingatkan kita semua pada perlakuan main hakim sendiri sebagaimana yang dialami oleh Ade Armando beberapa saat yang lalu. Masyarakat bukannya melakukan hak jawab dari apa yang seharusnya disanggah dengan argumentasi inteltual yang cerdas, namun justru terkesan memainkan peran primitif dari brutalnya aksi main hakim sendiri termasuk pernyataan sikap sebagaimana yang disampaikan banyak pihak untuk menghentikan langkah kebebasan berpendapat sebagaimana penegakkan UU pasal 28 dimana seorang warga negara harus diperlakukan secara fear meskipun pernyataannya menyengat sekalipun. Hal inilah yang semestinya disesalkan publik bahwa hak jawab pemerintah memiliki kandungan takarannya yang rendah hingga begitu mudahnya dikalahkan oleh petarung jalanan semacam Rocky Gerung ini.

Tanpa adanya tendensi untuk membela dirinya, namun penulis boleh saja mengambil kesimpulan bahwa kehadiran Rocky Gerung pun sekaligus mengkonfirmasi publik bahwa mereka yang saat ini duduk di Senayan selaku koalisi pemerintah atau pun para penikmat kekuasaan dari barisan eksekutif yang sering terlihat memuji-muji Jokowi telah nampak begitu Bodoh dan Dungu pada akhirnya. Sehingga wajar saja jika Jokowi pun secara diam-diam hanya mengamati mana jajarannya yang benar-benar cerdas atau mana yang sekedar rutin menjilat dirinya dari seringnya menampakkan diri seolah-olah berdiri diatas kejujuran dan kebenaran sebagaimana yang sering dilantunkan dari otak mereka yang dangkal. Namun yakinlah, bahwa lawan Rocky hanya akan datang dari mereka yang lapar bukan dari pihak-pihak yang saat ini kekenyangan.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

https://www.facebook.com/groups/402622497916418/?ref=share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner Iklan