Jangan Menyimpan Kebencian Yang Menjerumuskan Diri Sendiri

Bagikan ke :

Jakarta, Rabu (3/5) gemadikatv.com — Hidup ini memang bukan pencitraan, namun setiap orang ingin dipersepsikan sebagai orang yang baik. Maka dari hal itu, menjadi hukum timbal balik dari orang-orang yang menginginkan citra dirinya sebagaimana yang diharapkannya agar orang lain menilainya demikian. Tentu ada pihak yang memberi, tapi ada juga yang menuntut kebaikan untuk dilakukannya agar kebaikannya di publikasikan sebagai pencitraan, walau sebenarnya perbuatan semacam itu memang dilandasi dengan ketulusan dan kerelaan hati namun nyatanya keadaan seperti itu sering disebut sebagai pencitraan.

Banyak orang yang ingin pula bagaimana pencitraan dirinya supaya menjadi baik dimata semua orang. Sebab dari hal semacam itu, seseorang akan mendapatkan pujian dan nama yang baik dari apa yang dilakukannya. Walau tak jarang juga mereka yang benar-benar ingin memberi dikarenakan hanya ingin membantu sebagai bentuk kebaikan bagi antar sesama manusia. Karenanya, bagi kalangan ini, mereka tidak ingin perbuatannya di publikasi di depan umum, sehingga kebaikannya hanya dirinya sendiri serta Tuhannya saja yang mengetahui akan kebaikannya.

Perbuatan baik yang dilakukan seseorang walau itu dari hal yang kecil sekalipun, sering dianggap tidak bernilai. Padahal dibalik itu, sebenarnya cara itulah yang melatih diri seseorang untuk mengajak atau memaksa dirinya agar berpihak kepada nilai-nilai kebaikan itu. Sebab tidak mungkin seseorang dapat melakukan perbuatan yang besar tanpa kesiapan mental dan pemahaman kepada nilai kebaikan itu sendiri sebagai sasaran perbuatannya, meskipun itu dalam prilaku beramal yang berakibat pada pahala yang diperolehnya.

Sekiranya seseorang ingin menyumbangkan sebagian dari hartanya, maka mulailah dari hal yang terkecil agar mental dan jangkauan keikhlasan yang di milikinya menjadi terlatih sedikit demi sedikit. Sehingga orang tersebut mampu menjadikan dirinya mendapatkan rasa ikhlas dari apa yang di sumbangkannya. Membuang kerikil kecil di tengah jalan menjadi tampak sepele, tapi jika tidak disingkirkan, tentu akan ada orang yang cidera karenanya.

Jika perbuatan baik yang tampak sepele sering dilakukan, seseorang bisa menjadi tumpukan kebaikan yang menjadi besar dan semakin tertanam kuat pula keikhlasan di dalam sanubari orang tersebut.Sebaliknya, tanpa melatih dirinya pada hal-hal yang sederhana semacam itu, bisa saja hal itu menjadi boomerang yang pada akhirnya menyimpan kebencian dan mengumpat dan mengungkit-ngungkit dari apa yang telah diberikannya kepada orang lain. Apalagi didapati dirinya sebagai pihak yang kurang beruntung serta di gunjingkan orang disekitarnya. Walau mungkin hal itu dirasakan sebagai sesuatu yang kurang menyenangkan, apalagi sekedar mengalihkan perhatian agar ungkitan dan umpatan yang di lontarkan oleh pihak pemberi tersebut, perbuatan seperti itu justru malah terkesan merugikan dirinya sendiri yang dinilai negatif pada akhirnya.

Jika seseorang mengakui bahwa segala sesuatu termasuk binatang dan pepohonan sekalipun memang datangnya dari Tuhan sebagai maha pencipta, namun diperlukan tangan manusia dalam menata dan merawatnya, hal itu agar menjadikan bumi ini harmoni sebagai wadah kehidupan bagi segenap umat manusia. Senada dengan itu, berlakunya sifat baik yang datang dari sifat-sifat Tuhan yang Maha Mulia pun disematkan kepada setiap jiwa yang mampu berdamai.

Sehingga upaya kita pulalah yang mengajak seseorang itu agar tetap baik atau sebaliknya, malah mengingkarinya hingga memiliki sifat yang liar bagaikan keadaan hutan yang semak belukar.Oleh karena, pilihan pada kebaikan adalah merupakan ajakan bagi setiap insan yang beriman dari apapun agama yang dianutnya. Sebab mengingkari dan memupuk sifat sebagai seorang pembenci bagi golongan lain tidak saja membahayakan diri sendiri tapi juga membahayakan orang lain yang hidup disekitar kita. Pada akhirnya mendatangkan sifat kemungkaran atas khasanah perbedaan yang datangnya dari sang pencipta adalah bentuk pembangkangan terhadap ketetapan Tuhannya. Sebab dirinya tidak menyadari betapa Tuhan pulalah yang menciptakan perbedaan itu sebagai kebaikan bagi semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner Iklan