Gibran Memang Masih “Bocah Ingusan”, Tapi Kelak Calon Presiden

Wali Kota Surakarta_Gibran
Bagikan ke :

gemadikatv.com — Ramai perdebatan dari istilah yang diucapkan opung Panda Nababan tentang Gibran Rakabuming. Opung Nababan menyebut Gibran masih ‘bocah ingusan’. Konteks nya pada saat itu, Opung tidak setuju jika Gibran diseret-seret menjadi Gubernur apalagi cawapres. Menurut Opung, belum saatnya. Dia justru khawatir Gibran menjadi besar kepala alias sombong.

Opung menambahkan, biarlah Gibran belajar dulu, berproses dulu, sama seperti bapaknya yang tidak gujuk-gujuk menjadi presiden. Jokowi, ayahnya Gibran, menjadi walikota Solo tahun 2004 di saat usianya 43 th. Berbeda jauh dengan Gibran menjabat walikota Solo 2021 di usia 34 th. Bedanya lagi, Jokowi melalui 2 periode sebagai walikota Solo.

Belum genap 10 tahun di Solo, Jokowi mendapat tugas dari partainya (PDIP) berlaga di pilkada DKI Jakarta (2012). Jokowi berpasangan dengan Ahok berhasil menjadi Gubernur DKI (2012-2017). Baru dua tahun menjadi Gubernur, Jokowi direkomendasi kembali oleh PDIP sebagai capres 2014-2019 dan menang dilanjutkan capres 2019-2024.

Jadi setidaknya, Jokowi belajar politik birokrasi pemerintahan selama 10 th sebelum menjadi presiden. Jauh jika dibandingkan Gibran yang baru dua tahun berjalan menjabat di Solo. Selain dari sisi usia masih sangat muda (36 th) juga dari sisi pengalaman di politik dan pemerintahan yang juga masih baru. Pengalaman kan tidak hanya bicara kesuksesan, tapi juga masalah dan tantangan yang dihadapi.

Baru dua tahun menjabat dan berpolitik belum bisa dijadikan semacam barometer untuk dikatakan mumpuni. Dari segi popularitas di tingkat nasional mungkin Gibran melebihi ayahnya. Siapa yang kenal Jokowi di tahun-tahun 2004-an? Namun kini siapa yang tidak mengenal Gibran? Namun jangan lupa juga, ada peran Jokowi yang cukup besar di balik popularitasnya Gibran.

Menjanjikan tingkat elektabilitas? Tentu popularitas turut mengerek elektabilitas. Namun sekali.lagi, banyak orang yang lebih populer ketimbang Gibran, misal artis atau pesepakbola nasional, namun kualitas dalam mengelola birokrasi pemerintahan yang demikian kompleks belumlah menjadi jaminan. Terlebih, sebuah tata kelola pemerintahan berkait pula dengan budaya masyarakatnya.

Gibran mungkin bisa menghandle beberapa masalah di Solo karena dia mengenal betul karakter warga Solo. Kadang, bagi orang daerah yang sedang bermasalah lalu berdialog dengan pemimpin daerah menggunakan bahasa daerah, rasanya sudah seperti tidak ada masalah lagi. Rakyat merasa lebih dekat dengan pemimpinnya. Makanya Gibran masih kerap pakai bahasa Jawa.

Baik saat bertemu dengan warganya ataupun dengan rekan media. Menjaga sopan santun atau adab budaya setempat, merupakan langkah strategi Gibran yang praktis dalam mengatur anak buahnya maupun rakyatnya. Namun begitu, Gibran juga harus mulai belajar memahami banyak karakter dari banyak budaya Nusantara jika ingin menjadi pemimpin nasional nantinya.

Bagaimana dengan persoalan partai politik? Gibran pun harus mengenal lebih jauh mengenal karakter partai politik juga politikus di dalamnya. Mungkin karena berlatar belakang pengusaha, Gibran sudah memahami ada beberapa pengusaha atau coorporate baik yang bermitra ataupun berkompetisi hingga berlawanan. Partai politik bisa juga dikatakan demikian. Keuntungannya Gibran, karena dia anak presiden.

Gibran sejak awal sudah berkenalan banyak tokoh-tokoh politik. Bagaimana karakter dan ideologi masing-masing, bagaimana riwayat, sejarah dan rekam jejaknya. Keuntungan kedua, Gibran memiliki mentor spesial yakni ayahnya sendiri. Selain sebagai anak biologis, Gibran akan menjadi anak ideologis Jokowi. Keuntungan ini yang tidak dimiliki orang lain, bahkan kandidat capres yang diendorse Jokowi.

Gibran memang Bocil yang harus banyak belajar. Tapi sepertinya, lompatannya akan lebih cepat dari ayahnya. Karena memang selain cerdas, Gibran bisa masuk dalam kelas percepatan, tidak perlu menunggu 10 tahun menjadi pemimpin nasional. Dengan catatan, mau terus belajar dan tidak menyombongkan diri. Pada pilpres 2029, di saat usia Gibran 42 th mungkin dia sudah bisa eksis.

Namun tentu tidak mudah jika PDIP kembali menang dengan mengusung Ganjar, tentu PDIP dan Ganjar akan memanfaatkan peluang dua periode. Sebagai proses magang, bisa saja dia menjadi pasangan Ganjar. Atau jika Ganjar tidak menang di 2024, Gibran sangat mungkin menjadi kandidat potensial menuju puncak RI-1 di 2029. Jika berhasil, maka bocil itu kini sudah tidak ingusan lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner Iklan