GAGASAN MENJADI GURU TO HAVE OR TO BE

Bagikan ke :

KUPANG || GEMADIKATV.com – Dalam dunia pendidikan saat ini menjadi guru to have or to be merupakan topik yang hangat diperbincangkan dan diperdebatkan oleh setiap orang karena topik ini merupakan topik yang sangat menarik dan relevan. Menjadi guru to have or to be memunculkan begitu banyak pertanyaan yang menggelitik tentang apakah lebih penting bagi seorang guru untuk memiliki pengetahuan teknis yang kuat atau (to have) atau kan lebih bermakna untuk menjadi pendidik yang mampu membentuk kepribadian dan mempengaruhi siswa secara holistik (to be).

Di sisi lain, pendekatan ‘to be’ menekankan pada hubungan emosional antara guru dan siswa serta peran guru sebagai teladan moral. Guru yang mengadopsi pendekatan ini cenderung memengaruhi perkembangan siswa secara holistik, bukan hanya dari segi akademis, tetapi juga dalam hal moralitas dan nilai-nilai. Namun, tantangan muncul terkait dengan penilaian kemajuan siswa dan memenuhi standar kurikulum. Seiring perkembangannya waktu tantangan-tantangan itu juga akan bervariasi seperti tantangan lainnya itu adalah ketidakseimbangan antara teori dan praktik dalam pendidikan guru serta kesulitan guru dalam mengakomodasi kebutuhan beragam siswa dalam lingkungan belajar.

Baca Juga :
Sesuai Janji Kapolda Bahwa Akan diadakan Gelar Kasus Dengan Melibatkan Aliansi Cipayung Plus dan Keluarga, Maka hari ini, Senin, 06 Mei 2024, Aliansi dan Keluarga yang di Undang, mendatangi Mapolda NTT tepat pukul 10.00 Wita

Seiring berkembangnya waktu berbagai tantangan menjadi guru to have orto be kini disorot menjadi satu hal yang sangat kompleks mengenai peran dari seorang guru dalam pendidikan di era modern dan apalagi sekarang Indonesia akan mempersiapkan generasi emas di tahun 2045. Dengan mempertimbangkan kedua pendekatan ini harus secara seimbang agar dapat membantu untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif serta lingkungan belajar yang dapat merangsang bagi pertumbuhan holistik setiap peserta didik. Hal ini juga bisa menjadi suatu keharusan bagi guru untuk bisa menjadi guru to have or to be dalam menyongsong dan mempersiapkan generasi emas yang akan datang

Belum kita memperluas materi mencari batu have or to be yang pertama-tama kita akan menjelaskan pengertian dari guru itu sendiri , Guru merupakan seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik.Definisi guru adalah seseorang yang telah mengabdikan dirinya untuk mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan, dan melatih muridnya agar memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya tersebut.Dalam hal ini, guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tapi juga pedidikan lainnya dan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh para muridnya.

Dari penjelasan tersebut, maka kita dapat memahami bahwa peran guru sangat penting dalam proses menciptakan generasi penerus yang berkualitas, baik secara intelektual maupun akhlaknya.Pengertian Guru Menurut Para AhliAgar lebih memahami apa arti guru, kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini: Menurut Dri Atmaka (2004:17), pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan spiritual.

Menurut Husnul Chotimah (2008), pengertian guru adalah orang yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik. menurut Ngalim Purwanto, pengertian guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang maupun kepada sekelompok orang. Menurut Mulyasa, pengertian guru adalah seseorang yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut Drs. M. Uzer Usman (1996:15), pengertian guru adalah setiap orang yang berwenang dan bertugas dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pengertian guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.Jadi disini guru merupakan seorang yang telah menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi dan dia sudah siap untuk menjalankan tugasnya yaitu menjadi pendidik, pendidik siap akan memberi ilmu kepada muridnya.

Dari pengertian guru juga memiliki peran penting dalam dunia pendidikanpentingnya peran guru dalam membentuk pendidikan yang berkualitas

Dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas dan bermutu peran guru adalah kunci utama sebagai ujung tombak dalam mewujudkannya karena itu peran guru tidak boleh untuk diabaikan. Mengapa demikian? Karena Guru bukan hanya sekedar sebagai pengajar yang bertugas untuk mengajar di depan kelas tapi jauh daripada itu mereka itu adalah penggerak utama di belakang pertumbuhan pembentukan karakter dan kesuksesan dari siswa di masa depan yang cerah coba kita bayangkan jika seorang guru tidak hanya mengajar pelajaran matematika atau ilmu pengetahuan alam. Mereka juga membentuk moralitas serta membuka pintu untuk setiap potensi dari siswanya atau dengan kata lain mereka adalah mentor teman dan teladan bagi setiap anak didik.

Ketika seorang guru memberikan dukungan dan dorongan kepada siswa, mereka bukan hanya memberikan pengetahuan tetapi juga memupuk kepercayaan diri dari setiap siswa yang mendalam. Guru membantu siswa untuk menemukan kekuatan mereka sendiri membangun keterampilan yang diperlakukan untuk menghadapi dunia yang sangat kompleks dan merangkul keragaman dengan penuh kasih sayang apalagi di Indonesia yang memiliki keberagaman dan pluralisme yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras adat dan bahasa. Sejauh ini tidak ada yang bisa untuk menggantikan peran dari guru dalam membentuk masa depan dari generasi kita. Investasi dalam pelatihan guru pengakuan atas prestasi mereka, dan dukungan yang berkelanjutan merupakan investasi yang sangat berharga agar bisa memastikan bahwa setiap peserta didik memiliki akses pada pendidikan yang dapat menginspirasi motivasi dan bisa membawa perubahan positif dalam kehidupan mereka.

Guru ‘To Have: Menjadi guru to have itu akan mengacu pada pentingnya guru untuk memiliki pemahaman yang yang kuat tentang materi yang akan diajarkan juga keterampilan teknis yang akan diperlukan pada saat kegiatan proses pembelajaran atau kegiatan pembelajaran coba kita bayangkan jika seorang guru yang mengajar matematika tanpa benar-benar memahami dari konsep dasarnya atau tidak bisa mengelola kelas atau tidak memiliki keterampilan dalam berkomunikasi yang baik maka pembelajaran itu tidak bisa berjalan dengan efektif dan tidak bisa belajar secara inklusif

Jadi ketika kita berbicara tentang guru to have maka kita sedang membicarakan tentang guru yang benar-benar mengerti akan apa yang diajarkan serta memiliki keterampilan teknis yang diperlukan dalam mengajar. Guru bisa menjelaskan konsep-konsep yang sulit dengan cara yang mudah atau bisa juga memiliki strategi untuk memudahkan siswanya dalam memahami materi sehingga materi yang mereka ajarkan itu dapat dipahami dengan mudah oleh siswa atau peserta didiknya dan siswa juga tahu bagaimana pelajaran itu dapat menarik dan menyenangkan sehingga siswa juga bisa termotivasi dan terdorong untuk semangat dalam belajar. Penguasaan materi oleh seorang guru itu sangatlah penting dalam perencanaan pembelajaran maka tuntutannya itu adalah guru sebelum mengajar harus membuat rancangan pembelajaran atau RPP maka guru merencanakan setiap belajar dengan matang memilih materi yang tepat dan menyesuaikannya dengan kebutuhan siswa tanpa pemahaman yang kuat tentang materi ini maka kegiatan pembelajaran akan menjadi sulit untuk dijala.
Selain itu, keterampilan teknis juga sangat diperlukan. Guru perlu bisa mengelola kelas dengan baik, membuat suasana belajar yang nyaman, dan menggunakan teknologi secara efektif dalam pembelajaran. Tanpa keterampilan ini, pengajaran bisa menjadi kacau dan tidak efektif.

Jadi, intinya adalah guru ‘To Have’ adalah guru yang mengerti apa yang mereka ajarkan dan memiliki keterampilan teknis yang diperlukan untuk mengajarkannya dengan baik. Mereka adalah fondasi dari setiap pembelajaran yang efektif dan bermakna.

Contoh bagaimana guru ‘to have’ dapat menyampaikan informasi dengan efektif kepada siswa
Selain itu, guru ‘to have’ juga merencanakan pembelajaran mereka dengan cermat. Mereka tahu langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk membangun pemahaman siswa secara bertahap. Mungkin mereka memulai dengan pengenalan konsep dasar pecahan, lalu melanjutkan dengan latihan-latihan yang semakin menantang seiring berjalannya waktu. Dengan demikian, setiap siswa memiliki kesempatan untuk memahami dan menguasai materi tersebut.

Dalam kehidupan sosial bermasyarakat Mari kita melihat contoh concrete dari menjadi guru to have yang dapat menyampaikan informasi dengan efektif kepada siswa Mari kita bayangkan jika seorang guru matematika yang sedang mengajar tentang konsep pecahan. Sebagai seorang guru Dwi have mereka tidak hanya menguasai materi ini dengan baik tentu harus juga memiliki kreativitas untuk menjelaskan dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa nah hal ini juga sesuai dengan tuntutan dari kurikulum ke-5 yang di mana siswa itu harus memiliki kemampuan kreatif atau memiliki kreativitas juga harus dituntut untuk membuat Project hal semacam ini juga selain untuk menjawab tantangan dari kurikulum ini juga dapat melatih dan mengasah kemampuan dari siswa untuk menjadi siswa yang kreatif dalam kehidupan di zaman yang kaya akan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Nah guru yang to have mereka harus bisa menggunakan contoh-contoh sederhana dari kehidupan sehari-hari seperti yang seringkali dilakukan oleh setiap masyarakat yaitu adalah membagi sebuah kue menjadi beberapa bagian yang sama-sama besar atau menggunakan gambar-gambar lucu untuk mengilustrasikan dari gambar tersebut. Contohnya Bayangkan seorang guru matematika yang mengajar tentang konsep pecahan. Sebagai seorang guru ‘to have’, mereka tidak hanya menguasai materi ini dengan baik, tetapi juga memiliki kreativitas untuk menjelaskannya dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa. Mereka mungkin menggunakan contoh-contoh sederhana dari kehidupan sehari-hari, seperti membagi sebuah kue menjadi beberapa bagian yang sama besar, atau menggunakan gambar-gambar lucu untuk mengilustrasikan konsep tersebut. Dan guru tidak boleh memberi materi yang tidak dapat dipahami oleh murid bagaimana di sini memberi materi sesuai dengan kemampuan murid itu sendiri.

Tantangan yang mungkin dihadapi dalam membentuk hubungan emosional dengan siswa

Meskipun memiliki penguasaan materi yang kuat, guru ‘to have‘ mungkin menghadapi tantangan dalam membentuk hubungan emosional yang mendalam dengan siswa. Sebagai contoh, mereka mungkin merasa sulit untuk membangun kepercayaan dan kedekatan dengan siswa jika terlalu fokus pada penyampaian materi saja. Ini karena hubungan yang baik antara guru dan siswa memerlukan lebih dari sekadar pengetahuan teknis.
Tantangan lainnya adalah mengelola keberagaman dalam kelas. Siswa memiliki latar belakang, kebutuhan, dan kepribadian yang berbeda-beda. Sebagai guru, mengakomodasi perbedaan ini sambil tetap mempertahankan hubungan yang positif dengan setiap siswa merupakan tantangan yang nyata.
Oleh karena itu, guru ‘to have‘ perlu mengembangkan keterampilan interpersonal yang kuat. Mereka perlu mendengarkan dengan empati, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap kebutuhan dan perkembangan setiap siswa. Dengan cara ini, hubungan emosional yang mendalam antara guru dan siswa dapat terbentuk, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan memotivasi bagi semua orang.
Guru ‘To Be :

  • Penjelasan singkat tentang pentingnya hubungan emosional antara guru dan siswa
    Hubungan emosional antara guru dan siswa adalah tentang lebih dari sekadar mengajar dan belajar di kelas. Ini tentang bagaimana guru dan siswa saling berhubungan secara pribadi dan saling menghargai satu sama lain. Ketika hubungan ini kuat, itu bisa membuat perbedaan besar dalam pengalaman belajar siswa.
    Bayangkan jika Anda memiliki seorang guru yang selalu mendengarkan Anda dengan sabar, memberi Anda dukungan saat Anda merasa kesulitan, dan membuat Anda merasa dihargai sebagai individu. Bagaimana rasanya? Rasanya pasti sangat nyaman, bukan
    Nah, hubungan seperti ini bisa mempengaruhi banyak hal positif. Misalnya, ketika siswa merasa dekat dengan guru mereka, mereka lebih termotivasi untuk datang ke sekolah dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Mereka merasa lebih percaya diri untuk bertanya dan berbagi ide mereka di kelas.
    Selain itu, hubungan yang kuat antara guru dan siswa juga membantu siswa merasa lebih aman dan didukung di lingkungan belajar. Mereka merasa nyaman untuk membuat kesalahan dan belajar dari mereka tanpa takut dihakimi atau diejek oleh teman-teman mereka.
    Lebih dari itu, hubungan yang positif antara guru dan siswa juga dapat membantu siswa mengatasi tantangan dan kesulitan yang mungkin mereka hadapi di luar kelas. Ketika mereka tahu bahwa mereka memiliki seseorang yang mereka percayai dan bisa mereka andalkan, mereka merasa lebih kuat dan lebih mampu menghadapi masalah mereka.
    Jadi, pentingnya hubungan emosional antara guru dan siswa tidak bisa diabaikan. Ini adalah dasar dari pengalaman belajar yang positif dan membantu siswa tumbuh dan berkembang sebagai individu yang percaya diri dan berpengetahuan
  • Contoh bagaimana guru ‘to be’ dapat menjadi teladan dan memengaruhi perkembangan siswa secara positif.
    Opini ini akan i membahas peran penting seorang guru ‘to be’ dalam membentuk dan memengaruhi perkembangan siswa secara positif. Sebagai seorang guru ‘to be’, bukan hanya tugasnya untuk menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga untuk menjadi contoh yang inspiratif bagi siswa-siswa mereka.
    Contoh bagaimana seorang guru ‘to be’ dapat menjadi teladan bisa dilihat dalam berbagai aspek perilaku dan sikap mereka. Misalnya, ketika seorang guru menunjukkan konsistensi dalam menunjukkan nilai-nilai positif seperti kejujuran dan integritas dalam interaksi sehari-hari dengan siswa, hal ini dapat memengaruhi siswa untuk meniru perilaku tersebut.
    Selain itu, kemampuan untuk mendengarkan dengan empati dan memberikan dukungan kepada siswa dalam mengatasi rintangan atau mencapai impian mereka juga merupakan contoh bagaimana seorang guru ‘to be’ dapat menjadi teladan yang positif. Ketika siswa merasa didukung dan dihargai oleh guru mereka, mereka cenderung lebih termotivasi dan bersemangat untuk belajar.
    Prinsip-prinsip yang membimbing peran seorang guru ‘to be’ sebagai teladan juga dijelaskan dalam materi ini. Prinsip-prinsip ini mencakup konsistensi dalam perilaku, autentisitas dalam interaksi dengan siswa, kepemimpinan yang berbasis contoh, dukungan dan dorongan kepada siswa, keterlibatan aktif dalam kehidupan siswa, dan semangat untuk terus belajar dan berkembang.
    Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam interaksi sehari-hari dengan siswa, seorang guru ‘to be’ memiliki potensi besar untuk memengaruhi perkembangan siswa secara positif. Mereka tidak hanya menjadi pengajar yang baik, tetapi juga menjadi mentor, pembimbing, dan teladan yang menginspirasi bagi siswa-siswa mereka.
  • Tantangan yang mungkin terkait dengan menilai kemajuan siswa dan memenuhi standar kurikulum.
    Materi ini membahas tantangan yang sering dihadapi oleh guru ‘to be’ dalam menilai kemajuan siswa dan memastikan bahwa pembelajaran mereka memenuhi standar kurikulum yang ditetapkan. Sebagai seorang guru ‘to be’, penting untuk memahami dan mengatasi hambatan-hambatan ini agar proses pembelajaran siswa dapat berjalan dengan lancar dan efektif.
    Salah satu tantangan utama adalah beragamnya tingkat kemampuan dan kebutuhan siswa dalam kelas. Dengan adanya perbedaan ini, guru perlu menggunakan pendekatan yang berbeda-beda dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan individu setiap siswa. Hal ini dapat membutuhkan waktu dan usaha ekstra dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan beragam siswa.
    Selanjutnya, menilai kemajuan siswa dengan adil dan obyektif juga merupakan tantangan. Setiap siswa memiliki gaya belajar dan latar belakang yang berbeda, sehingga penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam proses penilaian. Guru perlu menggunakan berbagai jenis asesmen untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang kemajuan siswa, mulai dari ujian tulis hingga proyek berbasis keterampilan.
    Memastikan bahwa kurikulum yang diajarkan sesuai dengan standar kurikulum yang ditetapkan juga merupakan tantangan tersendiri. Guru perlu memastikan bahwa materi yang mereka ajarkan mencakup semua kompetensi dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, sambil tetap mempertimbangkan minat dan kebutuhan siswa.
    Tantangan lainnya termasuk manajemen waktu dan sumber daya yang terbatas. Dengan kurangnya waktu dan sumber daya, guru perlu menjadi kreatif dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang memenuhi standar kurikulum. Mereka juga perlu memprioritaskan tujuan pembelajaran yang paling penting dan relevan bagi siswa.
    Terakhir, mengukur pembelajaran siswa secara holistik juga merupakan tantangan. Selain aspek akademis, guru juga perlu memperhatikan pengembangan keterampilan sosial, kepemimpinan, dan keterampilan berpikir kritis. Hal ini memerlukan pendekatan yang komprehensif dalam penilaian siswa, yang dapat melibatkan pengamatan langsung, proyek berbasis keterampilan, dan refleksi diri
    Dengan menyadari dan mengatasi tantangan-tantangan ini, seorang guru ‘to be’ dapat memastikan bahwa pembelajaran siswa berjalan dengan baik dan memenuhi standar kurikulum yang ditetapkan. Ini akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, menantang, dan mendukung bagi semua siswa.
  • Identifikasi masalah seperti kurangnya pengalaman praktis dan kesulitan dalam mengakomodasi kebutuhan beragam siswa.Masalah yang dihadapi dalam pendidikan adalah bahwa banyak guru kurang memiliki pengalaman langsung dalam menghadapi situasi nyata di kelas dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda dari siswa mereka. Ini bisa berarti bahwa beberapa siswa mungkin merasa tidak terlayani dengan baik.
  • Pemikiran tentang solusi sederhana seperti pendekatan holistik dalam pendidikan guru dan mendukung lingkungan belajar yang inklusif.Solusi sederhana untuk ini adalah dengan menerapkan pendekatan holistik dalam pendidikan guru. Artinya, guru perlu dilatih tidak hanya dalam hal kecerdasan intelektual, tetapi juga dalam hal emosional, sosial, dan bahkan fisik dari siswa mereka. Ini mencakup memahami gaya belajar yang berbeda, kebutuhan khusus siswa, dan bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang mendukung untuk semua orang.
    Contohnya, guru bisa mendapatkan pelatihan tambahan tentang bagaimana mengajar siswa dengan gaya belajar yang berbeda, seperti visual, auditorial, atau kinestetik. Mereka juga bisa didorong untuk bekerja sama dengan staf sekolah lainnya, seperti konselor atau spesialis kebutuhan khusus, untuk mendapatkan saran dan dukungan tambahan.
    Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif di kelas, di mana semua siswa merasa diterima dan dihargai. Ini bisa melibatkan aktivitas kelompok yang mendorong kerjasama dan saling pengertian antara siswa, serta memberikan perhatian khusus pada kebutuhan individu mereka.
    Dengan menerapkan pendekatan holistik ini, diharapkan guru dapat menjadi lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan beragam siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan bermakna bagi semua orang.

Kesimpulan:

  • Menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan kedua pendekatan menjadi guru ‘to have or to be’ dalam membentuk pendidikan yang berkualitas. dalam opini ini saya akan memberikan Kesimpulan tersebut menyoroti pentingnya mempertimbangkan dua pendekatan menjadi guru, yaitu “to have” (memiliki pengetahuan dan keterampilan) dan “to be” (menjadi contoh yang baik dalam karakter dan sikap), dalam membentuk pendidikan yang berkualitas. Ini menunjukkan bahwa menjadi guru yang efektif tidak hanya memerlukan penguasaan materi pelajaran dan metode pengajaran yang baik, tetapi juga memerlukan karakter yang kuat dan sikap yang positif.

Selanjutnya, ajakan untuk terlibat dalam diskusi lebih lanjut menggarisbawahi pentingnya eksplorasi yang lebih mendalam tentang bagaimana kedua pendekatan ini dapat diintegrasikan dalam praktik pengajaran. Diskusi semacam itu dapat memperkaya pemahaman kita tentang cara menjadi guru yang lebih baik dan bagaimana kita dapat memberikan dampak yang lebih besar pada pembelajaran siswa. Dan jadi guru juga tidak hanya sekedar memberikan informasi atau ilmu kepada muridnya melainkan untuk membentuk karakter atau mengembangkan bakat mereka. Maka dari dalam opini saya mengajak kepada semua guru untuk melatih dan dan memberi memberi motivasi kepada murid mereka supaya manusia mereka semua dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang ada dalam diri mereka. Lah itu juga guru juga harus memiliki inovasi dalam diri dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran mereka atau proses mengembangkan bakat siswanya.

Dengan demikian, kesimpulan tersebut tidak hanya menyoroti pentingnya kedua pendekatan “to have” dan “to be” dalam pendidikan, tetapi juga mengajak untuk refleksi dan pembelajaran yang berkelanjutan tentang bagaimana kita dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui integrasi kedua pendekatan tersebut.

Nama : Yustina Gamus
Kelas : 2023E
NPM : 23103186
Tugas : Karya Tulis Ilmiah

Wartawan : Lazar

Respon (4)

  1. menjadi guru di era digital ini, harus mempunyai kepekaan dalam hal memberikan hal positif ke pada anak2 dan seorang guru harus kreatif dan mempunyai karismatik tersendiri dengan begitu kita bisa mengajak siswa untuk bekerja sama dalam hal pembelajaran dan bisa membuka inovasi dan wawasan kepada anak2. selamat berjuang menjadi seorang guru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner Iklan