Mengenal Ajaran Kejawen Agama Asli Nusantara.
Luar biasa menarik ketika saya mendapatkan literasi mengenai Kejawen yang memang rata-rata berbahasa Inggris dan Belanda juga dari beberapa ahli yang saya kenal, hampir semua pemahamannya bisa diikuti oleh nalar dan sangat mudah dipelajari bahkan tak ada pengertian Holly Appocalipstic seperti yang dijumpai dalam agama impor , seperti cerita nabi berjumpa Tuhan yang akhirnya menjadi cerita yang dipercaya umatnya atau cerita mengenai dewa dan sebagainya , agama kejawen adalah monotheisme yang mungkin sama dengan Zoroastrian tapi bedanya jauh lebih logis tidak perlu ulama, pendeta atau wakil Tuhan dan bisa diyakini secara personal.
Agami Jawi yang eksis pada tahun 4425 (44 abad sebelum Masehi) dimana seluruh Nusantara masih berpusat di Jawa sebagai Pusat Peradaban yang wilayahnya mencapai seluruh Nusantara termasuk Papua bagian barat disebelah Timur, di utara hingga semenanjung malaka dan Thailand di selatan hingga pulau Timor. Dan beberapa pulau masih menyatu, seperti Jawa , Sumatera dan Kalimantan sebelum banyak terjadi bencana alam dan pergeseran pulau.
Dalam konteks umum, Kejawen merupakan agama lokal Indonesia. Seorang ahli antropologi Amerika Serikat, Clifford Geertz pernah menulis tentang ini, dalam bukunya yang ternama The Religion of Java atau dalam bahasa lain, Kejawen disebut Agami Jawi. Penganut Kejawen biasanya menganggap ajarannya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah perilaku orang yang beradap. Ajaran kejawen biasanya bertumpu pada konsep keseimbangan. Dalam pandangan demikian, Kejawen memiliki kemiripan dengan Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama pada ajaran-ajarannya.
Manunggaling kawulo Gusti adalah ajaran Kejawen yang diaku oleh Islam dan Kristen padahal ajaran kejawen atau orang Nusantara lebih dahulu meyakininya.
Manunggaling kawulo gusti, berarti ketika manusia mampu menangkap ruh Tuhan/ ruhul kudus kedalam dirinya.
Prinsip ini sudah ada pada diri Orang Indonesia jauh sebelum adanya agama Samawi atau paling sedikit 44 abad sebelum lahirnya Yesus Kristus atau Nabi.Isa.
Bagi Kejawen Sejati, dengan Olah Roso dapat dipahami bahwa untuk berkomunikasi dengan Gusti, kita dapat menggunakan suara hati dan apapun bahasanya. Sebenarnya Agami Jawi (Kedjawen), tidak menjadi monopoli orang-orang Jawa semata. Kedjawen adalah agamanya orang-orang yang ingin dapat berbudi luhur, bahkan Agami Jawi ini dapat diterapkan di belahan dunia manapun.
Teori Evolusi bisa diterima dalam Kejawen, bicara mengenai evolusi bagi orang yang beragama, maka dapat dilihat ada tiga kubu, yakni: Kubu pertama yaitu yang meyakini agama-agama Rasul. Dalam dogma dan keimanan beberapa agama mengkisahkan awal mulanya kehidupan manusia adalah dikarenakan adanya kutukan terhadap Adam dan Hawa, yang artinya mereka turun ke bumi sudah berbentuk atau dengan wujud manusia seutuhnya, seperti manusia sekarang ini.
Kubu kedua yaitu yang ditentang oleh agama-agama Rasul. Dalam pemahaman Generatio Spontanea, bahwa evolusi dimulai dari munculnya kehidupan secara kebetulan, yang lalu berevolusi menjadi manusia seutuhnya. Atau faham teori tersebut, berkeyakinan bahwa awalnya mahluk hidup, muncul dari benda mati, dan berkembang terus. Hingga penyempurnaannya melalui evolusi.
Kubu ketiga yang diyakini oleh Agami Jawi. Dalam logika seorang Kejawen, bahwa Tuhan Yang Maha Esa memberikan Kehidupan Awal Yang Hakiki, selanjutnya mereka Berevolusi. Logika inilah yang diyakini oleh seorang Kejawen, sehingga tidak memerlukan dogma dan keimanan, karena semuanya logis adanya.
Setelah pemberian nyawa atau kehidupan yang merupakan hak absolut Tuhan Yang Maha Esa, untuk memberikan kehidupan. Dari sinilah, atau pemahaman inilah yang diyakini oleh seorang Kejawen sebagai awal permulaan terbentuknya mahluk hidup, dan kemudian terbentuklah manusia purba, hingga berevolusi menjadi manusia seutuhnya, seperti sekarang ini.
Hal yang menguatkan logika berfikir seorang Kejawen, adalah kita lupa bahwa Bapak Teori Evolusi adalah Charles Darwin, dimana dalam bukunya The Origin of Species yang diterbitkan tahun 1859, sesungguhnya ia pun mengakui bahwa, kehidupan pada mulanya dihembuskan oleh sang Pencipta ke dalam satu atau beberapa bentuk. Selanjutnya seorang Kejawen melakoni Olah Roso, hingga akhinya seorang Kejawen dapat menemukan atau awalnya hanya merasakan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Saya hanya ingin menyampaikan betapa tingginya budaya kita di masa lalu hingga menjadi induk agama lain didunia tapi kita sendiri melecehkannya dan dikikis terus selama berabad-abad, dengan kemajuan teknologi banyak yang bisa kita gali untuk membangkitkan kebudayaan negri sendiri yang ternyata tak kalah dengan negara lain .mungkin secara bertahap saya akan memposting sedikit demi sedikit agar lebih mudah dimengerti.
Saya sama sekali tidak bermaksud menyebarkan agama kejawen tapi hanya menggambarkan sejak dahulu budaya masyarakat Indonesia adalah kaum yang visioner, toleran dan mampu memandang agama beriringan dengan budaya serta mengutamakan kemanusiaan daripada hal yang lain, mari kita selalu jaga harga diri bangsa .
Salam Persatuan dan Cinta Indoneaia.