Jakarta, Senin ( 1/5/2023) gemadikaty.com — Berbagai prediksi dan pengamatan dari berbagai pihak muncul atas wacana pemilihan Presiden (Pilpres) pada Tahun 2024 mendatang. Segala hal yang menjadi asumsi dari strategi Last minute PDI Perjuangan tidak lagi dipercaya sebagai pamungkas suatu keberhasilan, pasalnya telah banyak yang ikut-ikutan cara Megawati ini, nyatanya mereka tergulingkan pada politik pragmatis yang melakukan penjagalan dan penjegalan dari momentum akhir atas kesepakatan final dari koalisi partai politik.
Bahkan tidak ketinggalan dari pengamatan Rocky Gerung yang ikut ambil bicara mengenai prediksi pilpres 2024 nanti, menurutnya, bisa jadi pada pilpres tersebut Joko Widodo akan kembali maju sebagai peserta, namun berposisi menjadi calon wakil presiden mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Walau pendapatnya aneh namun bukanlah RG jika tidak demikian.Belum lagi dari kubu Nasionalis terdapat nama-nama yang digadang-gadang akan masuk sebagai bursa capres nantinya, walau hal itu masih jauh dari espektasi masyarakat saat ini, bukan berarti hal itu menjadi sesuatu yang mustahil.
Sebab penulis menilai jika pertarungan pilpres 2024 adalah titik puncak dari permainan politik identitas pasca kekalahan kubu ini pada pilpres-pilpres sebelumnya. tentu saja mereka tidak akan bermain setengah hati bahkan momentum kali ini adalah debut puncak bagi golongan ini untuk meraih tujuannya.Hadirnya pasokan baru yang semula berada pada kubu nasionalis, tentu telah masuk dalam hitung-hitungan kekuatan. Maka sebagian sosok yang hilir mudik itu diperkirakan akan memperkuat posisi para kubu.
Hal ini juga bagian dinamika politik penting yang akan menentukan percaturan akan datang. Sebut saja merapatnya JK yang saat ini lebih berkonsentrasi dalam mengakomodir kekuatan para tokoh-tokoh kubu mereka dengan mengatur barisan yang saat ini mulai memperkuat posisinya.Informasi atas bebas bersyaratnya HRS tentu menjadi amunisi tersendiri serta merupakan harapan banyak pihak demi kekuatan tokoh penyeimbang atas kekuatan paralel kubu Islam, apalagi karakter kepemimpinan beliau banyak berpengaruh sebagai Medan magnet politik Islam Indonesia. Hal ini yang akan menyemarakkan suasana perpolitikan tanah air tentunya.
Diperkirakan kekuatan oposisi kali ini menjadi sangat kuat. Hitung-hitungan diatas kertas pun dapat ditarik disimpulkan dengan mudah. Hal itu bukan tanpa alasan, kubu Cendana dan Cikeas akan menjadi air yang akan menyiram semua tanaman yang saat ini mulai layu, dan dan supervisi JK kemungkinan memerankan dirinya sebagai koordinator dari semua elemen dan kalangan yang bergabung kedalam aliansi inti dari politik identitas yang akan diperankannya.Terdapat sederet nama yang diprediksi akan menjadi icon dari kekuatan ini, mereka yang tampil sebagai tokoh-tokoh KAMI dan Tokoh politik lain yang berseberangan serta kecewa pada rezim jokowi saat ini, tentu akan menghiasi kemasan dalam rencana pembentukan 3 faksi kekuatan besar itu nantinya, yaitu kekuatan dari koalisi pengusaha, kekuatan koalisi partai politik dan kekuatan koalisi para tokoh agama serta intelektual lainnya yang terkonsentrasi pada bangunan kokoh yang menjulang tinggi demi merefleksikan kubu Agama nantinya.
Sedangkan kerangka kekuatan lawannya tentu menjadi tidak seimbang manakala kubu nasionalis hanya mengandalkan minimnya faktor pembagian kekuasaan yang akan dishare nantinya, belum lagi PDI Perjuangan yang masih berdinamika internal dan diterpa issue perpecahan atas koalisi dengan para mitranya saat ini. Tentu hal ini menjadi beban tersendiri, bahwa kekuatan yang ada hanya bergantung pada sisa kekuasaan rezim yang sekarang berkuasa. Jika faktanya demikian, maka siapapun tentu dapat memperkirakan hasil akhirnya seperti apa.
Jika kemaren kekuatan dari sederet purnawirawan dan ormas-ormas Islam serta ormas lainnya, ikut menghiasi pemetaan politik. Maka langkah kedepan tidak cukup sampai disitu saja, sebab ada banyak kepentingan yang harus dirinci ulang, faktor kalkulasi rugi laba serta Neraca keseimbangan yang akan ditampilkan sebagai kesepakatan politik harus benar-benar terikat secara konsisten, sebab jika tidak maka 3 faksi besar yang tergabung kedalam wadah lawan mereka tentu akan menelan koalisi ini yang ragu pada aliansi sendiri.
Narasi Hoaks dan cara memecah belah lawan nantinya akan marak dan mampu menggoyahkan ikatan kesepakatan apapun itu. Apalagi mereka diyakini memiliki logistik yang sangat besar pula. Tuhan memang maha menentukan, namun Tuhan pun akan menciptakan sebab akibat sebagai takdirnya, mari bangunlah kekuatan dari terobosan baru untuk menjadikan keseimbangan bahkan kemampuan mengalahkan bagi kekuatan diatas, tanpa rakyat yang mendukungnya tentu mereka juga bukan siapa-siapa kecuali kita yang telah abai dan berubah untuk melepaskan tambatan hati kita untuk merelakan kemenangan bagi pihak mereka.