gemadikatv.com — Jelang kontestasi politik yang akan berlangsung pada tahun 2024 sudah mulai muncul bibit-bibit pengelompokan yang terpolarisasi. Polarisasi memang menghasilkan calon-calon pemimpin bangsa yang juga terpolarisasi oleh para pemilihnya.
Hadirnya pemimpin baru tidak berarti adanya pemerintahan yang lebih baik dari sebelumnya. Bangsa sudah mengalami terpecah belah karena kelemahannya sendiri dalam membina hubungan antar SARA.
Mereka pada akhirnya menjadi membenci Cina, Arab, hingga tujuh turunan anak-anak keturunan PKI. Kenapa tidak menguatkan pada pembasmian para koruptor yang merusak kondisi negara yang sedang gencar melakukan pembangunan di semua sektor.
Sedangkan pokok persoalan bangsa yang sangat kronis dan akut adalah banyaknya tindakan korupsi yang tidak menjadi sasaran utama pemberantasan.
Terciptanya kebencian yang mampu membuat orang demo berjelit-jilid atas kebencian SARA yang sebenarnya bisa dibicarakan dengan, damai, kondusif serta baik-baik melalui musyawarah.
Musyawarah dan mufakat berdasarkan pada hubungan kasih sayang antara beda etnis antar agama karena kita berpedoman pada sila pertama dari Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Masyarakat yang sangat multidimensi dan pluralisme sangat sensitif terhadap gesekan SARA seharusnya menjadi utama bagi para pengelola Negara, tokoh Agama dan tokoh Masyarakat berperan aktif dalam mencegah terjadinya perpecahan bangsa.
Suksesi kepemimpinan adalah bagian dari keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara, menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi tetapi bukan berarti polarisasi menjadi utama dalam mencari pemimpin.