Sepertinya kini menjadi sebuah hipotesis dari tesis yang mendasarkan kerangka masalah gaduh politik disebabkan satu variable, yakni: ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola negara dan bangsa. Saya berbincang dengan seorang mahasiswa politik yang tengah menyusun skripsi. Kami membahas fenomena gaduh politik era Jokowi di warung kopi seputaran UGM Yogyakarta.
Setelah era orde baru, terutama di akhir masa jabatan presiden Suharto, kegaduhan kini muncul di era Jokowi. Padahal, di rentang kepemimpinan presiden sebelumnya tidak begitu menghebohkan, mengapa? Demikian kerangka masalah yang disampaikan mahasiswa. Lebih lanjut, sepertinya mahasiswa mengambil ucapan Rocky Gerung sebagai landasan teorinya.
“Rocky pernah mengungkapkan bahwa semua kegaduhan (di era Jokowi) itu disebabkan karena lemahnya manajemen konflik pemerintah. Lebih jauh, Rocky mengatakan faktor lemahnya posisi presiden Jokowi sebagai petugas partai,” ungkap mahasiswa lagi. Tentu saya paham dengan Rocky yang juga mengatakan Jokowi sesat pikir dan dungu. Sah saja dia mengatakan itu tapi tidak sebagai landasan teori.
Landasan teori itu adalah sebuah teori (baik sosial maupun eksak) yang sudah teruji dan diakui secara akademis, bukan opini yang tidak bertanggung jawab. Apalagi hanya berdasar pada asumsi. Rocky harus bisa membuktikan dulu apakah benar atau tidak ucapannya. Pada faktanya, pemerintah Jokowi telah berjalan hampir 9 tahun, dan kondisi bangsa saat ini baik-baik saja. Fakta lah yang membuktikan opini Rocky keliru.
Kondisi adem ayem saat ini malah diklaim banyak orang termasuk Menkopolhukam Mahfud MD, padahal 8 bulan menjelang pemilu. Bandingkan saja dengan pemilu 2019 yang lalu. Eskalasi politik sekarang ini dinggap teramat rendah. Jikapun ada, lebih terjadi di media sosial. Terakhir kemarin ada provokasi dari Amien Rais cs ingin lengserkan Jokowi tapi sepi peminat. Tidak ada yang menanggapi.
Jadi, saya meminta kepada mahasiswa agar jeli mengamati dan menentukan variabel dalam sebuah penelitian (terutama yang independen variable). Seperti saya katakan bahwa jika faktor kegaduhan (khususnya pada pemilu 2019) adalah kualitas kepemimpinan Jokowi, mengapa sekarang aman-aman saja? Justru banyak kemajuan yang dicapai hingga tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja presiden mencapai 72-82%.
Lantas apa penyebab eskalasi politik meninggi di pemilu 2019? Menurut saya karena kadrun atau kelompok gerakan Islam garis keras pimpinan Rizieq Shihab yang berambisi berkuasa. Sepanjang mereka tidak terlalu over acting berpolitik, sepertinya semua aman saja. Terlebih setelah dua organ utama mereka (HTI dan FPI) dibubarkan Jokowi. Meski praktik intoleran masih tetap ada, namun tidak se gaduh 2019.
Lihatlah beberapa kali terakhir perayaan Nataru berjalan dengan baik. Begitupun perayaan Imlek serta bulan ramadhan yang relatif tanpa sweeping lagi (ada satu dua). Atau setiap menjelang bulan Oktober, sudah tidak ada keributan soal isu PKI. Jadi, menurut saya, pada dasarnya kalau kelompok Rizieq itu diam, maka aman kok bangsa ini. Tapi coba kalau mereka bersuara, berisik minta ampun.
Sedang lawan mereka yang disebut cebong, buzer, Projo atau apapun, mereka hanya merespon atau menjawab serangan kadrun. Kini mereka seperti kesepian karena tidak banyak lagi kadrun yang ngoceh-ngoceh terutama dedengkotnya. Cebong mengaku gak asyik lagi karena kadrun pada diam. Perdebatan jelang pilpres 2024 terpantau masih kondusif dan tidak terlalu yang gimana-gimana.
Beberapa kali memang mereka mencoba melakukan provokasi pada kasus penolakan timnas Israel, penembakan Bahar Smith, Anies yang merasa dijegal, Novel Bamukmin yang mendukung salah satu capres, dan terakhir Amien Rais cs. Semua tidak berlanjut kepada polemik yang berlarut terlebih menggoncang politik nasional. Ini memang ajaib, tiba-tiba saja kelompok Islam radikal senyap, sesuatu yang patut dicurigai semestinya.
Tapi setidaknya, senyapnya kadrun membuat kondisi bangsa ini lebih tenang. Terlebih di tengah resesi energi, pangan dan keuangan yang tengah melanda dunia. Stabilitas menjadi penting agar kita sebagai bangsa siap menjawab setiap tantangan global. Lihatlah masyarakat masih nyaman menonton bola di GBK ataupun konser musik di panggung-panggung hiburan. Itu menunjukkan keamanan bangsa ini stabil dan kondusif. Semoga tetap terjaga.