Papua, gemadikatv.com — Dalam perayaan bersejarah hari ini, perenungan kita mesti berdasarkan pada Injil dan surat-surat Paulus. Walaupun sementara di kalangan umum selalu berdasarkan dari catatan arkeologi, literatur dan sejarah yang ada.
Dalam peringatan kenaikan Isa Al-Masih kali ini berbeda dari sebelumnya dengan Gereja Baptis Bahtera Baliem (GBBB) Papua Pegunungan. Jika momen ini adalah “Kenaikan Yesus”.
“Pendeta Yunius Kogoya dalam khotbahnya menyampaikan bahwa, peristiwa kelahiran, kematian, kebangkitan dan kenaikan bagi keturunan anak-anak roh kudus adalah sejarah yang sudah terjadi, kemudian kitab terakhir menjadi penting untuk di pelajari oleh umat manusia,” jelasnya.
Dengan hal tersebut, khotbah kali ini tidak biasa karena, Kitab Wahyu seringkali dianggap seram dan menakutkan. Kitab Wahyu adalah masa-masa terakhir kita hidup di bumi.
Pada saat di Pulau Patmos Rasul Yohanes melaporkan peristiwa akhir zaman semisal, kejadian-kejadian dahsyat di kosmic beserta ulah manusia pasca perkembangan science di masa injury time.
Dengan dalil naturalistik diharapkan dapat memahami segala bentuk kesulitan, karena semua itu, akan disinggung dalam alam supranatural, sehingga membutuhkan hikmat untuk memahaminya. Walaupun kemudian beberapa akan terjadi secara naturalistik.
Manuver “si Aku” dengan segala Hegemoninya mampu mereduksi perspektif manusia ke arah materialistik, logic dan science sehingga sulit sekali memahami peristiwa supranatural dalam Kitab Wahyu.
Hari-hari yang malang secara prosedural perlu dipahami dengan baik bagi umat yang percaya pada Yesus Kristus, yang dalam khotbahnya dikupas secara terang oleh Pedeta Yunius Kogoya, Kamis (18/5).
Masa milenium abad 21. Para kaum, mesianic perlu memahami Kitab Wahyu secara holistik, agar manusia hidup dalam kewaspadaan.Kitab Wahyu juga sudah menjadi bagian terpenting fungsi kontrol sosial bagi masyarakat dalam cerita riwayat bumi dan manusia.
Wilson Wenda/Irian Jaya